Minggu, 30 Oktober 2011

JURNAL KARAT # 50, 7 JANUARI 2011, KARAT DI LIPUTAN 6 SIANG SCTV, REKAMAN LAGU “RIRIWA DI MANA-MANA”, SARASVATI BERKARAT DI “TIGA TITIK HITAM”

2 Jan, Minggu, Karat di Liputan 6 Siang SCTV
Minggu pagi jam sepuluh, Karat sudah berkumpul di Commonroom. Hari itu mereka dijadwalkan shooting untuk Liputan 6 Siang SCTV di Biro SCTV Bandung Jalan Sumatera. Setelah berbagi kabar dan lain-lain, jam sebelas siang semua meluncur menuju Jalan Sumatera di mana shoting digelar. Shoot ternyata dilakukan di sebuah sea food sekitar Taman Lalu Lintas di mana Karat diset untuk tampil di tengah ruangan restoran. Awalnya karat akan tampil tiga sesi, sesi pembukaan, di tengah liputan, dan sesi penutup. Namun demikian, karena Karat terlambat datang—maceeeettt booo bandung minggu pagi!!!—maka Karat jadinya hanya tampil satu kali saja. Karena akan tampil tiga sesi, lagu yang dipersiapkan adalah “Burial Buncelik”, “Maap kami Tidak Tertarik Pada Politik Kekuasaan”, dan “Dadangos Bagong”. Karat siang itu lengkap, minus Jimbot. Zemo ikut serta sebagai kru.
Maka selesai set, Karat pun bersiap-siap. Sepanjang persiapan, sementara sang anchor membacakan berita-berita di luar sekitar akuarium-akuarium besar bertingkat tiga tempat ikan-ikan laut singgah sebelum digoreng, Karat terus berlatih tiga lagu tersebut di dalam. Akhirnya, pukul setengah satu kurang lima menit, produser acara member aba-aba siap kepada Karat. Ketika sang anchor kemudian masuk dan mendekati karat, Karat pun langsung menghajar dengan “Burial Buncelik”. Di tengah lagu Man menceritakan mengenai Karinding Attack dan juga dinamika karinding yang ada di Kota Bandung dan Indonesia pada umumnya sebagai informasi untuk pemirsa Liputan 6 Siang di rumah. Penampilan ini sekalgus menutup Liputan 6 SCTV siang hari itu.
Selepas shooting, karat tak lantas pulang. Mereka diundang makan siang dulu oleh pihak SCTV di restoran sea food tersebut. Parade Sea Food namanya. Kami berdelapan memasuki ruang restoran sebelah dalam di mana terhampar meja hidangan yang besar dan panjang dengan aneka makanan sea food ada di atasnya. Hmmm yummiee lejjatt dan sedeeeppp. Hajar mangs!!! Setelah nasi dan ikan, giliran es buah dihajar. Belum juga tuntas es buah, giliran susu rumput laut menghampiri untuk digasak. Hahahaha perbaikan gizi booo…
Setelahnya, Karat berkumpul di Commonroom, berkumpul, berbincang ngalor-ngidul, satu hal yang semakin jarang dilakukan Karat karena kemarin-kemarin semua begitu sibuk masing-masing. Jimbot yang baru saja datang setelah nabeuh dari ondangan ikut bergabung bersama Ndin dari Panjalu yang datang berkunjung ke markas Karat ini. Dalam sesi ini, Karat sempat berlatih bersama Jimbot khususnya dalam membentuk rangka suling “Gerbang Kerajaan Serigala” yang rencananya akan dilatihankan Selasa ini.
3 Jan, Tambah Kohkol Renteng di Karat! Brand New Days!
Siang itu Kimung, Okid, Papay, Jawis, bersama dua tamu, Kumiko dari Kawasaki, Jepang, dan Ndin dari Panjalu berkumpul di Bah Olot. Karat berencana memesan kohkol dan kemungkinan beberapa waditra lain yang bisa ikut menyemarakkan musik Karat, terutama celempung renteng yang dimainkan Papay. Karat juga datang membawa dua rentengnya untuk diperbaiki Bah Olot. Sambil memperbaiki renteng, Bah Olot curhat mengenai krisis yang sedang ia hadapi sebagai Giri Kerenceng.
Turut prihatin dengan Giri Kerenceng. Yea it’s brand new days for us, tapi yakinlah kami selalu di belakangmu Bah!
4 Jan, Selasa, Kawaluyaan Rehearsal Studio Session # 2
Pukul tujuh malam, Karat sudah berkumpul di Studio Kawaluyaan untuk meneruskan sesi latihan minggu kemarin. Kalau minggu kem,arin menandai kali pertama Papay ikut secara serius dalam sesi latihan Karat, maka minggu ini sepertinya Papay sudah semakin mengenal karakter pirigan lagu-lagu Karat. Malam ini Karat juga lengkap datang, termasuk Jimbot yang hadir bersama si nenengnya.
Awalnya agenda latihan malam hari ini adalah penggarapan “Gerbang Kerajaan Serigala”, “Sia Sia Asa Aing”, “Yaro Tahes”, dan “Ririwa Di Mana-mana”. Namun demikian hadirnya instrument suling dan beberapa aransemen fill in Papay akhirnya membuat agenda latihan berubah menjadi review lagu-lagu yang Minggu kemarin dibawakan.
Sesi ini diawali “Wasit Kehed”, lagu pertama Karat yang berpirigan pakem banget namun dinaikkan sampai satu perdelapan ketukan. Renteng diisi dengan sesi pirigan pakem juga oleh Papay dengan beragam variasi. Sepertinya ia masih belum menemukan pola utuh untuk “Washed”. Pun “Lagu Perang”, pirigannya masih belum tergarap secara maksimal dan masih menjadi pe’er buat sesi renteng. Baru di “Burial Buncelik” Papay menemukan satu pola yang bisa ngawin dan mengisi pirigan-pirigan yang sudah ada. “ di sesi latihan ini Kimung kembali menggunakan celempung Cisolok dengan dua stik, yang satu stik celempung biasa dan yang satu lagi bangkong reang. Asalnya posisi bangkong reang menjadi penjaga beat, namun setelah tukar tangan dipindah ke tangan kanan posisinya bertambah juga menjadi pembangun nuansa.
Di lagu “Nu Ngora Nu Nyekel Kontrol” Papay memainkan pirigan-pirigan rolling yang membuat aransemen celempung lagu ini semakin penuh bertingkah dengan karinding Jawis dan ki Amenk. “Dadangos Bagong” kemudian dimainkan. lagu ini sudah semakin baik dikuasai Karat, hanya ada satu perubahan musikalitas. Di tengah setelah jembatan lead menuju verse vocal selanjutnya, papay menyelipkan solo renteng sebelum secara serempak semua kembali ke beat awal. Cukup menyulitkan, tapi no pain no gain of course hahaha… Mereka lalu langsung geber lagu “Maap Kami Tidak Tertarik Pada Politik Kekuasaan”. Keberadaan Papay di lagu ini semakin memperkaya pirigan lagu “Maap” yang memang sudah sangat rancak. Di bagian singalong, Papay menambahkan beat-beat samba dan swing bersahut-sahutan dengan pirigan celempung Hendra yang berperan sebagai indung dan Kimung yang berperan sebagai anak. Pola yang terbentuk mengingatkan pada pola jazz yang pernah dimainkan bersama Sony Akbar. Duhh how we miss you Mang Sony!!!
Next experimental session : “Gerbang Kerajaan Serigala”, “Sia Sia Asa Aing”, “Yaro Tahes”, dan “Ririwa Di Mana-mana”.
5 Jan, Rabu, Gerbang Kerajaan Serigala di Sesi Latihan Paperback dan SMS Risa
Malam ini Paperback berkumpul di rumah Kimung. Setelah say hi dengan Yuki dan Princess yang datang untuk menengok Avatar, latihan dimulai. Kimung, David, Hendra, jawis, Papay, dan Zemo berkumpul di halaman depan rumah Kimung memainkan instrument masing-masing. Lagu The Beatles mengalun malam itu diiringi karinding dan celempungan. Paperback berhasil merumuskan satu lagu mereka berjudul “3 Days”. Lagu ini ditulis oleh Kimung menceritakan tentang kesendirian—lagi-lagi.
Di akhir sesi, Kimung, Jawis, hendra, dan Papay menjajal “Gerbang Kerajaan Serigala”, dan 95 % mulus dibawakan. Sepertinya Karat sudah siap dengan “Gerbang Kerajaan Serigala”.
Seharian itu Kimung juga smsan dengan Risa tentang cover lagu. Ini smsan Kimung sama Risa :
Risa : Pakiiiims, pami ngulikna digentos tiga titik hitam BK kersa teu??? Ahahaha.
Kims : Wahahaha serius nengs? TTH mah karat udh rampes sih, tgl aransemen bwt sarasvati kl mw bwain hehe
Risa : Haha yg beatles teh ceria teuing hihi sy ga bs nyanyinyah kcuali ngbackingin doing :p. iya serius dr dlu pgn bwain lagu itu.tp pas buat di album ribet ijinnya :I
Kims : Ah masa sih? Emg hrs ijin kmn? Plg ke bk ajah. Pst ngijinin atu atu anak2 mah hheeuu..jd bawain aj ntar?
Risa : Waktu itu ijin buat album, harus menghadapi sony hehehe kalo dibawain mah bisa aja meureunnyaa.. yu pakim boleh? :D
Kims : Hajar nengs haha bsk jumat latian?
Besoknya, ketika Kimung bertemu Eben dan cerita keingingan Risa, Eben menyambut dengan sangat antusias. Eben juga cerita jika Risa juga sempat meminta izin untuk membawakan lagu ini dan ia mempersilahkannya. Eben bahkan akan datang melihat “Tiga Titik Hitam” dimainkan Sarasvati dan Karat tanggal 15 nanti. Bow yang juga hadir saat itu berencana akan mendokumentasikan pertunjukan dalam video.
6 Jan, Kamis, Take vokal dan miksing “Ririwa Di Mana-mana”
Kimung, Ki Amenk, Jawis, dan Zemo berkumpul bersama para pionir Ujungberung Rebels lainnya, Yayat, Addy Gembel, Ari Bejo, Gio, dan Eben untuk membicarakan tentang penggarapan event ikonik Ujungberung Rebels, Bandung Berisik 5. Dalam tema “SaveOur Culture”, Karat menjadi duta budaya dari komunitas Ujungberung Rebels yang memainkan kesenian tradisional dalam warna metal dan rock dan tetap berhasil membangun identitas kebawahtanahan mereka sendiri dalam warna dan ranah etnik.
Sore harinya di Studio Extend, Okid mendampingi bah Olot merekam vocal dan revisi karinding di lagu-lagu Giri Kerenceng yang direkam di Kawe.
Malam harinya Mang Man merevisi lagu “Ririwa Di Mana-mana”. Ia menata kembali pola vokal dan karinding dalam lagu tersebut. Man bahkan sampai empat kali take vocal dengan nuansa vocal berbeda-beda untuk laguini dan hasilnya ditumpuk sedemikian rupa sehingga menghasilkan satu harmonisasi vocal yang lumayan. Ia melakukan take dan miksing di Studio Extend bersama Casper.
Esok paginya Mang Man mengsms Kimung :
“Alhamdulillah begadang td wengi teu sia2, ngarevisi karinding + ngetake 4 sora vocal + ngamixing. Hasil juara mang. Reueus ngadanguna….curiga kudu di vidklip deui ku bang jek hihihihihi Ririwa fansclub wanieun mang!!! I’m proud of u for write that lyric!….juaraaaa mang”
Tong fansclub mang, “fiendclub” weh hihihihi…
7 Jan, Jumat Kramits, Sakarat Part 2 : “Tiga Titik Hitam” dan “Maap!”
Jam tujuh malam Karat dan Sarasvati sudah berkumpul di Commonroom untuk sesi latihan lagu “Tiga Titik Hitam” dari Burgerkill dan “Maap Kami Tidak Tertarik pada Politik Kekuasaan” dari Karat. Lagu pertama yang dilatihkan adalah “Tiga Titik Hitam”. Lagu ini adalah salah satu lagu paling emosional yang pernah diciptakan oleh Burgerkill berkolaborasi bersama Fadly. Musik dan lrik ditulis oleh Eben didedikasikan untuk Ivan Scumbag, sementara melodi vokal disusun oleh Fadly dan Ivan Scumbag. “Tiga Titik Hitam” termuat di album Berkarat, Sony Music Ent 2004.
Karat sendiri sudah pernah membawakan lagu ini bersama Burgerkill dan Fadly Padi di MTV Studio sehingga tak banyak hal yang harus digarap selain penyesuaian pirigan ketika lagu ini dimainkan bersama sarasvati. Mungkin Cuma Kimung yang beralih dari celempung Cisolok ke renteng Giri Kerenceng dalam memainkan lagu ini, juga Papay yang baru bergabung bersama Karat dalam memainkan celempung dan kohkol rentengnya. Setelah beberapa kali putaran, sarasvati dan karat akhirnya bisa menangkap skema lagu ini dan semakin pas memainkannya. Tinggal penyesuaian dengan karakter Sarasvati, lagu ini pasti akan menjadi sangat hebat!!!
Lagu “Maap” kemudian dilatihkan dengan konsep serupa ketika dimainkan dalam konser Sakarat dengan penyesuaian lirik dasar yang dibuat oleh man sehingga lagu sederhana ini menjadi semakin kompleks. Di bagian battle masih harus terus digarap. Bagian ini adalah bagian chaos, di mana Man dan Risa bisa mengekspresikan skill vocal masing-masing sekaligus kepintaran mereka dalam menyikapi berbagai permasalahan social yang ada. Sangat disayangkan jika koda lagu ini disia-siakan dengan battle membahas hal-hal yang tidak begitu krusial terjadi di masyarakat, sementara tema lagu sudah sedemikian jelas : politik kekuasaan dan kekuadaan tentu saja merembet ke ranah lain seperti ideologi, sosial, budaya, ekonomi, hankam, dan tentunya “kesenang-senangan”. You know what I mean.  Sepertinya battle menjadi pe’er bersama Karat dan Sarasvati. Apa yang akan dieksplor apa yang akan dikritik secara cerdas di bagian battle.
Ada beberapa kritik di balik juaranya hasil rekaman “Ririwa di Mana-mana” oleh Man sendiri. Sepertinya Man memilih sendiri part take karinding Ririwa karena yang ia pilih adalah yang bagian take yang masih menyertakan suling Mang Cabul. Hasil take yang sebetulnya sudah dipilih oleh Karat di sesi pemilihan hasil rekaman sebelumnya yang terpilih adalah pola lagu “Ririwa” yang tanpa suling mang Cabul karena bagian suling itu dirasakan sangat mengganggu bagi raw musik “Ririwa” yang coba dibangun Karat. Akan sangat bagus jika suara suling itu dihapus diganti dengan suara suling yang lebih layak dan ekspresif agar suasana ririwa di lagu tersebut semakin terasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar